Sabtu, 12 Maret 2011

Suara Hati Sang Preman

Jika kau kira aku tak punya iman
Kau salah
Aku punya itu, iman kepadaNya
Tapi iman itu terhalangi iman pada dunia

Jika kau kira aku tak punya hormat
Itu salah
Aku juga punya
Kucium tangannya dan kupeluk Ibu saat ia sedih

Jika kau bilang aku kasar
Itu salah
Aku punya kelembutan
Dibalik selimut kasar ini ada kelembutan

Jika kau bilang aku hanya bisa menikam
Kau salah
Aku bisa membelai
Setiap benang kasih sayang Ayah

Mungkin aku lebih baik
Di tengah kegelapan
Masih kunanti setitik cahaya
Yang 'kan terangiku
Saat menutup mata
dan kembali ke pelukanNya

Kamis, 10 Maret 2011

Aku Memang Bodoh

Berat,,,
Seberat setetes air mata yang mencoba keluar
Dari mata seekor Singa yang kejam

Susah,,,
Sesusah api yang mencoba berkobar di tengah badai
Terkekang tak bisa lepas
Seperti burung dalam sangkar
Seperti ikan-ikan dalam jala nelayan

Tak semudah air yang mengalir
Seperti terhalang tembok Cina
Seakan tersumbat batu-batu candi Borobudur

Aku menyesal dan menangis
Kata itu,,,
Satu kata itu saja,,,
Tak mampu keluar dari diriku,,,
Untuk kau dengar,,,

Dan lagi,,,
Kini kau telah bersama yang lain,,,
Bukan denganku,,,
Tak menjadi permaisuri
Di Istana Cintaku,,,

Aku memang bodoh,,,
Diar Ramadhani (22-01-2011;12.05)

Rabu, 09 Maret 2011

Pelangiku Hilang

Aku ingin menulis sesuatu malam ini
Tapi entah kenapa
Tak ada satu halpun yang terbayang di kepala ini
Hanya wajahmu yang menari-nari
Menutupi semua imajinasi
Menghalangi keluarnya setiap pelangi imajinasiku

Bayanganmu terus menari
Menggerakkan pena kecilku
Menari-nari di atas kertas
Melukiskan kecantikan wajahmu
Menggoreskan tinta hitam
Membentuk senyuman indah dari bibirmu
Yang selalu menyejukkan hati

Senin, 15 November 2010

Natural Waterboom

“assalamualaikum...”
“waalaikum salam,,, liyanE ngendi cah?”
“jek do neng omah, la hpmu ra kno di hubungi”
“hpq dgw bojoku eh,,, cah”
“yws lah,,,”
Gara-gara hp ristya dibawa oleh pacarnya, terjadilah misskomunikasi antara kami. Akupun sms Hanafi agar menghubungi lagi teman2 yg td sdh dy bri tw klo acara hri ni batal. Akupun terpaksa harus menunggu kedatangan yang lain di rumah ristya. Aku, hanafi, zav, nif, boru, dan ristya tentunya, berencana untuk pergi ke pantai siung di gunung kidul. Angka 9 dan 6 dtunjuk oleh jam di dinding rumah wono. Sebuah motor dtg dg ditumpangi sepasang laki2 dan perempuan, tpi mereka bkn sepasang kekasih mereka teman kami, hanafi dan zav. Tapi kami tak langsung menggeber motor kami menuju siung, kami menunggu dulu. Yang seharusnya brgkt jam 8 berubah mnjdi jam 10.30 ‘parah molorE tp gpp’. Beberapa hal menecewakan sebelum keberangkatan of course waktu molor, bnyak yg g jdi ikut dg alasan2ny msg2. Hufh,,, mgkn u/ yg pertama udh byasa cz itulah indonesia, tiada waktu tanpa kemoloran. Klo yg k2 udh byasa jg seh,,, that’s s.arab, hehehe. dan juga, nif dan boru tak jadi ikut karena mereka sakit, boru badannya dan nif motornya yang sakit.

Kamipun berangkat, dengan menunggangi simash’ ,’ shogun’ dan satu lagi motor ‘motormu ki po tho zav? Q lupa hehehe’.Perjalanan yang sangat melelahkan dengan jalan sejuta kelokan dan naik turun ditambah dengan jalan yang cukup penuh dengan rintangan. Sebenarnya cukup memaju adrenalin, tapi karena perjalanan yang masih siang jadi g terlalu serem,, hehehe. Berjam2 perjalanan tapi g nyampe’2, membuat zav kalang kabut.
“masih lama g’ seh? Jauh banget dari tadi g nyampe’2, capek tw,,,”
“hampir 70%”
Hanya itu jawaban yg ddpt zav dr hanafi ats pertnyaan n rasa lelahnya mengarungi perjalanan ini. Bagiku yang tak ngerti jalanan sni hanya bisa diam dan menikmati perjalanan ini. Sebenarnya bagiku, ini biasa saja, maklum waktu SMA q sering jalan2 gresik-malang tentunya dengan ‘simash’ kesayanganku ini dan teman2ku yg gila jalan2 juga.
***
Akhirnya, sebuah pelang jalan menghentikan laju kami. Seorang lelaki tua yang selayaknya hanya pantas di rumah, menikmati masa tuanya dengan istri dan cucu2nya keluar dari sebuah pos pintu masuk. Sudah paham apa tugas lelaki tua itu, akupun segera mengeluarkan lembaran rupiahku dan memberikannya pada lelaki tua itu. Iapun kembali masuk untuk mengambil uang kembalian dan tentunya membuka gerbang di depan kami yang sejenak menghalangi hasrat kami untuk menikmati indahnya siung gunungkidul. Tak lama lelaki itu keluar dengan lembaran rupiah lain, tapi kali ini di mulutnya telah menempel sebatang rokok yang bertanda ‘R’ di dekat filternya. Sambil sedikit mengingat rokok apa itu, perjalanan panjangkembali berlanjut menembus kokohnya bukit2 gunung kidul, melewati indahnya liukan2 jalanan gunung kidul.
***
Jalanan naik yang seketika turun dan dipadu belokAn serta teriakan hanafi mengagetkan diriku yang masih terpikir akan sbatang benda yang dihisap oleh lelaki tua itu. Sekejap pula terlintas di sampingku pamflet-pamflet yang menempel di dinding2 tepi jalan menutupi keindahan dinding yang telah rapuh oleh hempasan angin2 keangkuhan dari kuda mesin manusia. ‘Rudal’ sebuah kata yang paling menarik mataku untuk melihatnya. Ternyata lelaki tua itu menghisap ‘Rudal’,
”mungkin masih bersaudara dengan ‘BB’, hehehe” dalam pikirku.
***
“parkir,,, parkir,,, parkir sni mas”
Suara itu saling beradu menawarkan motor2 kami tempat untuk istirahat. Kamipun mengistirahatkan motor2 kami yang sudah lelah menembus kokohnya bukit2 gunung kidul, lelah menikung berkali2 untuk melewati liukan2 indah jalanan gunung kidul. Yah... kami telah tiba di siung, sebuah pantai yang direkomendasikan oleh hanafi. Aku cukup terkejut, pasir pantainya putih??? Unbelieveble!!! G’ sprti yg sblmny ini putih, wow,,,,,,,,,”
Kamipun langsung berlari menuju bibir pantai, berlari dengan kencang seperti seorang bayi yang sudah lama kehausan dan melihat segelas susu hangat yang terus memangil2 untuk segera melewati kerongkongan kering mereka. Panasnya sinar mentari menghalangi hasrat kami untuk bersenang-senang secara bebas, lebih tepatnya gelombang tinggi yang mereka sebabkan. Aku dan hanafi hanya bisa jalan2 di dekat pantai untuk melihat2 sekilas. Setelah itu kami hanya bisa tidur di atas pasir pantai sembari menikmati angin sepoi-sepoi, menghabiskan siang hari yang cukup panas ni. Dengan hanya bermain pasir, mengubur sebagian badanku dari ujung kaki hingga sebatas pinggang. Sedang, zav dan kekasihnya, ristya dengan kekasihnya juga tentunya, tak perlu lagi kujelaskan lagi apa yang mereka lakukan. Tentunya saling memadu kasih dan melepas rindu yang sudah terpendam di hati. Aku dan hanafi hanya bisa melihat kemesraan dua pasang sejoli itu, hehehe....
***
“hanafi,,, jam piro cah?”, tanya ristya pada hanafi yang sedang menikmati ‘trenz’ yg dbwa ristya dan kekaasihnya.
“stgh 3 cah,,,”
“heh,,, yo sholat sek cah!!! Dijama’ sisan kro ashar, dadi iso dolan mneh bar kwi,, hehehehe”
Kamipun segera melaksanakan sholat, setelah itu kami jalan2 kembali. Kali ini tebing2 kokoh nan indah di sisi barat siung menjadi obyeknya. Aku dan hanafi kembali hanya menyusuri kokohnya tebing2 siung, meninggalkan empat teman kami yang masih memadu kasih, naik smakin naik, dan smakin k barat. Akhirnya, aku dan hanafi sampai di titik dmn kami berdua tak lagi mnmukan jalan. Kami duduk n menikmati pemandangan yang ada, amat sangat benar-benar indah sekali.
“apik tenan ram(rama/penulis, red),,,”
“iyo naf,,,”
“minggu ngarep rne neh yo,,,”
“ayo,,, neng gwo kamera cah,,, ra kyok saiki ra no kameranE”
“ok,,,”
Cukup lama menikmati indahnya tebing2 siung, kamipun kembali ke bibir pantai untuk main air tentunya. Seperti kata pepatah guru Phunsuk Wangdu “jangan mengejar kesuksesan, tapi kejarlah kesempurnaan, maka kesuksesan akan mengikuti. Pergi ke pantai jangan Cuma mengejar indahnya pasir pantai tapi nikmatilah juga ombaknya!!!”
***
Puas dengan tebing, kali ini bersama-sama kami menikmati deburan ombak sore hari di pantai siung. Awalnya, kami berendam di sebuah tempat yang kami juluki “jalan Andong Nyai Roro Kidul” . Setelah itu, kami menuju karang di sebelah timur pantai, menunggu ombak yang akan menghantam kokohnya karang ini, dan memuntahkan puluhan liter air ke tubuh kami. Berkali-kali puluhan liter air laut menghantam tubuh kami serasa kami disiram air dari ember besar di waterboom. Tapi bagiku siung adalah natural waterboom.
***
“heee,,,,,,,,,,,,,”
Sebuah teriakan terpaksa menghentikan kami menikmati guyuran air laut di atas karang. Mungkin seorang penjaga pantai mengingatkan kami bahwa air segera pasang. Kami sangat kecewa, tapi apalah daya memang sudah waktunya kami kembali ke peraduan masing2 meninggalkan deburan ombak pantai siung, meninggalkan tebing2 siung yang kokoh nan indah. Meninggalkan putihnya pasir pantai yang jarang ditemui di pantai2 yogya. Kembali menembus kokohnya bukit2 siung dan melintasi jalanan yang meliuk2 laksana ular yang tengah berjalan mencari mangsanya. Di tengah kegelapan dan dingin yang menusuk ditambah cahaya2 keangkuhan kuda2 mesin manusia yang saling beradu tak mau kalah dengan yang lain.
***
Segelas minuman hangat menghangatkan tubuh kami yang masih sedikit menggigil kedinginan. Ditambah sepiring telur bakar mengisi perut kami, menghentikan cacing2 di perut yang berorasi, mendemo dengan keras melebihi demo sekumpulan mahasiswa yang tak setuju akan kebijakan pemerintah yang semakin mencekik rakyat yang sudah terluka akan kebijakan lainnya. Perut telah terisi kembali, tanda kami harus kembali ke peraduan, kembali menikmati indahnya ciptaan tuhan,,, MIMPI.


NB: nama2 di atas hanya samaran, klo pengen tw nama aslinya,,,
COMMENT AJ!!! gt aj koq repot!!